Robot Fakultas Teknik Universitas Jember Berlaga Di Ajang KRI Regional IV
Jember, 30 April 2013
Unit
Kegiatan Mahasiswa (UKM) Robotika Fakultas Teknik Universitas Jember
turut berpartisipasi dalam ajang Kontes Robot Indonesia (KRI) Regional
IV Jawa Timur (26-27/4). Dalam ajang tahunan yang dilaksanakan di GOR
Bima Universitas Negeri Surabaya ini, UKM Robotika menerjunkan
robot-robotnya di tiga divisi. “Kami mengikutsertakan robot di divisi
KRI untuk manual dan otomatis serta kategori Kontes Robot Pemadam Api
Indonesia (KRPAI),” jelas Budi Setiawan ketua UKM Robotika. Ajang KRI
Regional IV diikuti oleh 23 tim dari PTN dan PTS di Jawa Timur.
Di kategori KRI, robot Nan-Doer ciptaan
mahasiswa Tegalboto ini berhasil menembus perempat final sehingga
memiliki kesempatan masuk ke babak selanjutnya yang akan
mempertandingkan dengan robot-robot dari regional lainnya. “Kita masih
menunggu pengumuman dari panitia untuk kepastiannya, sambil terus
memperbaiki kelemahan yang ada,” lanjut Budi, mahasiswa jurusan Teknik
Elektro ini.
Dalam babak perempat final, robot
Nan-Doer berhadapan dengan rival beratnya dari Institut Teknologi
Surabaya (ITS). Robot Nan-Doer wajib melakukan tugas menanam daun (leaves) pada lubang (hole) yang sudah disediakan. Tugas ini sesuai dengan tema KRI tahun ini yakni Green Planet.
“Harus diakui robot bikinan kawan-kawan ITS lebih baik dari buatan
kami, apalagi operator tim Nan-Doer yang terdiri dari tiga orang sempat
melakukan kesalahan karena kurang koordinasi,” tambah Yusqi salah
seorang anggota tim.
Sementara itu menurut Zheni Akbar, salah
satu anggota tim, kendala terbesar dalam mempersiapkan robot adalah
masa riset yang pendek. Tim UKM Robotika Fakultas Teknik sendiri baru
mempersiapkan diri semenjak November tahun lalu, bandingkan dengan para
jawara seperti tim ITS dan Politeknik Elektronika Negeri Surabaya (PENS)
yang sudah melakukan riset bahkan semenjak dua tahun lalu. Robot
ciptaan tim ITS dan PENS yang turun di ajang KRI Regional IV tahun 2013
adalah penyempurnaan dari robot tahun lalu. “Untuk itu kami berusaha
untuk melakukan regenerasi anggota agar riset yang dilaksanakan di UKM
Robotika tidak terputus,” katanya.
Kendala kedua adalah kesulitan mengenai lapangan berlatih dan spare parts
robot. Tim UKM Robotika Fakultas Teknik selama ini berlatih di lapangan
yang tidak sama dengan lapangan saat lomba dilaksanakan. “Lapangan yang
kami pergunakan untuk latihan ternyata berbeda dengan saat lomba
sehingga kami perlu melakukan kalibrasi ulang, belum lagi kesulitan
mencari spare parts terutama bagian sensor yang harganya memang mahal,” ujar Budi lagi.
Nasib kurang beruntung dialami dua robot
UKM Robotika yang turun di kategori KRPAI. Spider, robot pemadam api
berkaki dan Evo yang memakai roda tidak dapat berbuat banyak gara-gara
kendala teknis. “Pengalaman di Surabaya kemarin kami jadikan bahan
evaluasi untuk membuat robot yang lebih baik lagi,” pungkas Budi yang
mahasiswa angkatan 2010 ini. (iim)